Be my best
younger sister
Namaku
Revan.
Aku memiliki
adik perempuan bernama, Rusi. Bagi kalian pasti memiliki adik itu sangat
menyebalkan. Semua perhatian dan kasih sayang orang tuamu hanya tertuju
padanya. Saat dia yang salah, kau yang disalahkan. Tapi, bagiku Rusi adalah
anugrah terbaik untukku. Pernah suatu kali, aku harusnya menjemput Rusi jam 4
sore, tapi aku ada kelas tambahan jadi aku menjemputnya disekolah jam setengah
6. Tapi waktu itu….., aku melihatnya menangis. Tapi, saat melihatku, buru-buru
dia hapus air matanya dan tersenyum kepadaku. Aku sudah mengecewakannya. 4
tahun yang lalu…,
“Selamat
ulang tahun, Revan!” ujar Mama.
“Terima
kasih, Ma!” jawabku.
“Mana Rusi,
ma?” tanyaku.
“Dia lagi
latihan make up dirumah Kelly.” Tukas Mama. Aku mengangguk-angguk. Beberapa jam
kemudian….,
“Aku
pulang…,” salam Rusi.
“Rusi!
Rusi!” panggilku sambil berlari. Tapi, begitu aku melihat wajahnya yang penuh
make up berantakan…,
“Hahaha!!
Muka cowok banci!!” tawaku sambil menunjuk-nunjuk wajah Rusi. Tiba-tiba, Rusi langsung
membanting bungkusan yang dia bawa. Aku membuka bungkusan itu. Ternyata itu
adalah kado untukku!.
“Maaf,
Rusi..,” lirihku. Itu masih kejadian 4 tahun lalu, lho…,.
“Kakak!”
sahut Rusi.
“Apa?”
tanyaku. Rusi mendekat.
“Kakak lagi ngapain?” tanya Rusi. Aku menatapnya sesaat.
“Kakak lagi ngapain?” tanya Rusi. Aku menatapnya sesaat.
“Lagi bikin
lukisan.” Jawabku.
“Wah..,
boleh aku bantu?” tanya Rusi.
“Kamu gak
akan bisa..,” kilahku.
“Bisa kok!”
timpal Rusi. Dia tidak sengaja menyenggol cat air dan…, Ssrt…! Cat itu tumpah
menyebar ke seluruh penjuru lukisanku.
“Euh.., maaf
Kak! Aku tidak sengaja!” ucap Rusi.
“Aku kan…,
AKUKAN SUDAH BILANG, ‘KAMU GAK AKAN BISA!’ TUMAN!” bentakku. Aku tidak sadar
apa yang barusan kukatakan. Dan itu membuat Rusi menangis.
“Bagus!
Menangislah! Adukan ke Mama! Lalu, aku dimarahi!” aku mencibir. Aku merenungkan
ucapanku.
Esoknya…,
Esoknya…,
Aku sudah
berniat untuk meminta maaf ke Rusi. Tok! Tok! Aku mengetuk pintu kamarnya.
“Rusi?” seruku. Rusi tidak ada dikamarnya.
“Kemana,
Rusi?” gumamku. Aku melihat sepucuk surat diatas meja belajarnya.
Kakak. Maaf aku sudah merusak lukisan
Kakak. Aku akan memberikan hadiah untuk Kakak.
Salam sayang, Rusi.
Salam sayang, Rusi.
Aku
tertegun. Aku cepat-cepat menyusulnya. Aku menangkap sesosok manusia yang
ternyata adalah Rusi.
“Rusi!”
sahutku. Rusi berbalik kemudian melambai padaku.
“Hati-hati!”
teriakku.
“Tenang
saja, Kak!” tukas Rusi. Dia kemudian menyebrang tapi, ada truk yang oleng
dan.., BRUUK!! “RUSI!!”
*****
Rusi
meninggal.
Aku benar-benar terpuruk. Ah, andaikan aku tidak memarahinya semua ini pasti tak akan terjadi. Aku benar-benar menyesal. Tinggalah Diary bewarna hijau yang dia belikan untukku. Rusi membeli Diary ini sesaat sebelum tertabrak. Aku memandangi penuh sendu Diary bergambar sepasang kakak-adik sedang bergandengan tangan. Aku menuliskan beberapa kata di Diary itu.
Aku benar-benar terpuruk. Ah, andaikan aku tidak memarahinya semua ini pasti tak akan terjadi. Aku benar-benar menyesal. Tinggalah Diary bewarna hijau yang dia belikan untukku. Rusi membeli Diary ini sesaat sebelum tertabrak. Aku memandangi penuh sendu Diary bergambar sepasang kakak-adik sedang bergandengan tangan. Aku menuliskan beberapa kata di Diary itu.
Berulang kali aku mengecewakanmu.
Berulang kali aku menyakitimu. Maafkan aku Rusi. Kau tak akan pergi dari dunia
ini kalau bukan karena aku. Aku benar-benar…., menyesal. Tolong, maafkan aku, Rusi.
Revan Bastian M.
Revan Bastian M.
Seusai
menulis Diary aku lekas tidur karena jam sudah menunjukan pukul 10.45.
*****
GABRUK! Aku
mendengar sesuatu jatuh. Aku bangun. ternyata bukuku jatuh. Aku meletakan
kembali bukunya. Tapi aku melihat Diaryku terbuka. Deg! Jantungku berdegup
kencang. Ada tulisan di Diaryku!.
Halo, Kak! Aku Rusi! Aku sudah
memaafkanmu, Kok! Lagipula, aku tidak pernah marah padamu, kok!
Rusi?!
Benarkah ini? Tiba-tiba, ada bayangan putih melesat cepat.
“Halo, Kak!”
“Ru..Rusi?!”
aku terkejut.
“Hehehe.., kaget? Ini aku.” Ujar Rusi.
“Kau..,
tidak marah padaku?” tanyaku. Rusi menggeleng.
“Aku tidak pernah marah pada Kakak.
Sejahat apapun Kakak padaku.” Jawab Rusi. Aku langsung memeluknya sambil menangis. Tapi,
samar-samar bayangannya mulai hilang.
“Ru…, Rusi?”
lirihku. Rusi tersenyum.
“Terima kasih, Kak. Atas waktunya
yang beharga.” Kata
Rusi. Kemudian ia berubah menjadi kupu-kupu putih yang indah. Aku tersenyum
sambil menghapus air mata.
“Sama-sama..,
Rusi.”
*****
JJJ
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak kalian dengan sopan, ya. Terima kasih.